Thursday, June 21, 2012

Pengidap Sakit Jantung Hidup Sendirian Lebih Cepat Mati

Pengidap Sakit Jantung Hidup Sendirian Lebih Cepat Mati

Rahma Lillahi Sativa - detikSurabaya


File: detikhealth

Jakarta - Apapun alasannya, hidup sendirian itu tidaklah menyenangkan. Anda tak punya teman berbagi cerita suka dan duka bahkan Anda tak memiliki seseorang yang bisa membantu Anda melakukan sesuatu. Apalagi jika Anda mengidap penyakit tertentu maka bisa dipastikan Anda akan kesulitan mengurus diri Anda sendiri.

Kenyataan ini sesuai dengan hasil sebuah penelitian terbaru di Amerika Serikat. Orang-orang yang menderita penyakit jantung dan hidup sendiri cenderung meninggal dunia lebih cepat daripada orang-orang yang menderita penyakit yang sama tetapi tinggal bersama keluarganya atau orang lain.

Meskipu alasannya masih belum jelas, namun ketua tim peneliti Dr. Deepak Bhatt mengatakan bahwa akses terhadap pengobatan rutinnya pun bisa terpengaruh dengan kondisi kesendirian tersebut.

"Pasien yang hidup sendiri mungkin akan mendapatkan lebih banyak kesulitan untuk menyiapkan dan meminum obat-obatannya secara teratur," ujar Bhatt seperti dilansir dari MSNBC, Kamis (21/6/2012). "Mereka juga tidak memiliki orang lain di rumah yang bisa menghubungi dokter atau UGD jika mereka tampak tidak baik-baik saja."

Bhatt dari Harvard Medical School di Boston dan rekan-rekannya memfokuskan pengamatan terhadap 44.000 orang berusia 45 tahun ke atas yang diketahui mengidap penyakit jantung atau berisiko tinggi mengidap penyakit tersebut dari berbagai negara.

Selama 4 tahun, 7,7 persen partisipan di bawah 65 tahun yang hidup sendiri dilaporkan telah meninggal. Angka ini lebih besar dibandingkan 5,7 persen partisipan dengan usia yang sama namun tidak hidup sendirian.

Kesenjangannya terlihat lebih kecil untuk pasien berusia 66-80 tahun, meskipun peneliti telah memperhitungkan faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, etnisitas dan negara. Lebih unik lagi, kondisi kehidupan penderita berusia lebih dari 80 tahun tidak tampak berkaitan dengan tingkat kematian.

Dalam laporan studi yang dipublikasikan di jurnal Archives of Internal Medicine tersebut, peneliti berspekulasi bahwa bagi penderita berusia di bawah 80 tahun, hidup sendiri bisa menjadi semacam sinyal psikologis dan masalah sosial seperti tekanan pekerjaan atau kesendirian. Sebaliknya, orang yang sangat tua dan hidup sendiri justru lebih sehat dan lebih mandiri.

Apapun penjelasannya, Bhatt menganjurkan agar ahli kardiologi secara rutin menanyakan apakah pasiennya hidup sendiri atau tidak.

"Jika jawabannya iya maka itu bisa menjadi semacam 'bendera merah' atau peringatan dan mereka seharusnya memastikan pasien menemukan cara untuk mengonsumsi obatnya secara teratur," tambahnya. Sementara itu, pasien yang hidup sendiri juga seharusnya berpikir dua kali sebelum mengabaikan perubahan pada tubuhnya yang bisa menjadi salah satu tanda adanya masalah kesehatan.

(ir/fat)

No comments:

Post a Comment

Total Pageviews

SEMOGA KABAR TERBAIK SELALU