Sungguh dikala kita sedang dalam keadaan gundah, gelisah, was-was dan
perasaan tidak menentu, kita sangat membutuhkan orang lain tempat
mencurahkan segala apa yang dirasa. Namun kenapa, keadaan sering tidak
sesuai harapan? Sementara sebagai manusia, kita tentu saling
membutuhkan. Sangat ironis, hal ini kita tahu, namun sering kita lupakan
atau pura-pura lupa. Kenapa bisa seperti itu? Jawabannya ada pada diri
masing-masing.
Tulisan ini aku tujukan untuk diriku sendiri sebagai refleksi diri atas
sikap dan perilaku dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain.
————————–
Harga dari sebuah hubungan yang baik nan harmonis adalah ketika di
dalamnya ada bentuk saling memberi dan menerima yang akan melahirkan
saling pengertian, saling belajar dan saling merendahkan diri. Bagaimana
dengan aku? Ternyata, sebagian besar sikapku lebih mengutamakan
kepentingan diriku dan sering bersikap masa bodoh dengan keinginan orang
lain, sehingga sering aku jadikan mereka hanya sebagai alat bagiku
dalam memperoleh keinginan-keinginanku. Aku tahu, kehidupan yang penuh
dengan hubungan yang baik, indah dan harmonis dibangun atas dasar
partisipasi dan kehangatan hubungan dengan orang lain. Astaghfirullah!
Namun kenapa sering kuabaikan. Lebih-lebih lagi kutemui dalam kitab suci
agamaku, Al-Qur’an, Allah berfirman:
”Dan apabila kamu dimuliakan dengan suatu penghormatan maka balaslah
dengan lebih baik atau yang serupa dengannya. Sesungguhnya Allah Maha
Menghitung atas segala sesuatu.” (an-Nisa’:86).
Ya, Allah. Ampuni hamba-Mu ini. Semoga hamba tidak termasuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Mu. Aamiin.
Selama ini kebanyakan aku berinteraksi dengan sesama atas dorongan
benda. Aku tahu juga, mungkin saja orang bisa membeli punggung dan
tangan orang lain dengan harta atau benda, namun orang tidak akan bisa
membeli hati, akal, semangat dan persahabatan dengan orang lain dengan
semua itu. Sungguh yang bisa dibeli hanya luarnya, bukan isinya. Lalu
bagaimana aku seharusnya? Hmmm… Aku akan selalu berusaha mendoakan
mereka dengan niat yang baik serta berkata dengan suara yang lembut dan
sopan. Juga aku akan berusaha membantu mereka menutupi hal yang mungkin
menjadi kelemahannya.
Lebih jauh lagi aku koreksi diriku. Betapa seringnya aku mementingkan
keinginananku tanpa peduli dengan urusan orang lain. Ya Allah, sungguh
egois aku ini. Padahal manusia memiliki kemampuan yang berbeda satu sama
lain. Kenapa aku ingin mereka seperti keinginanku? Sementara hubungan
sosial betapa indahnya dengan aneka ragam bentuk dan pola manusia.
Selama ini aku sering memperlakukan orang lain tidak adil. Aku lupa
bagaimana seandainya aku diperlakukan seperti itu? Betapa tidak
berperasaannya aku. Padahal Rasulullah pernah bersabda:
”Siapa saja yang berlindung kepada Allah, maka lindungilah dia. Dan
siapa yang meminta kepada Allah, maka berilah dia, dan barang siapa yang
dipanggil maka jawablah, dan siapa pun yang berbuat baik terhadapmu,
maka balaslah kebaikan itu.”
Aku juga lupa. Sungguh jika ada semangat saling memberi dan menerima,
akan lahir rasa kasih sayang, cinta, dalam bentuk pengorbanan dan
keinginan untuk memberi dari kedua belah pihak. Betapa ngerinya aku jika
orang yang aku perlakukan tidak adil itu merasa dizalimi lalu mendoakan
keburukan bagiku. Karena doa orang yang terzalimi, dia kafir sekalipun,
wajib dikabulkan Allah.
Ya Allah, berikanlah hamba kekuatan dengan hidayah-Mu. Sehingga mulai
saat ini, aku bisa dan akan terus berusaha semampuku untuk berlaku adil
dan tidak mementingkan diriku sendiri dan tidak mengabaikan orang lain,
lebih-lebih orang terdekatku.
Aku sadari bahwa tidaklah benar dan ma’ruf jika penentangan dilawan
dengan penentangan, kekasaran dilawan dengan kekasaran, bersikap masa
bodoh akan urusan orang lain dan mengabaikan hak orang lain. Siapa
menanam akan menuai. Baik yang ditanam, baik pula yang dituai kecuali
ada hama yang menggerogoti. Rasulullah juga bersabda:
”Siapa yang tidak menyayangi, dia tidak akan pernah disayangi”.
Semoga aku bisa memperbaiki diriku. Aamiin
No comments:
Post a Comment